Selasa, 27 April 2010

Meningkatkan Nilai CBR Pada Lapisan Pondasi (Subbase Course dan Base Course) dan Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Meningkatkan Nilai CBR Pada Lapisan Pondasi (Subbase Course dan Base Course) dan Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapisan pondasi (subbase course dan base course) adalah lapisan yang terletak dibawah lapisan permukaan. Karena terletak dibawah permukaan perkerasan, maka lapisan pondasi menerima pembebanan yang berat dan paling menderita akibat muatan. Oleh karena itu, material didalam lapisan pondasi harus berkualitas sangat tinggi dan konstruksi harus dilakukan dengan cermat.
Untuk meningkatkan nilai CBR pada lapisan subbase course dan base course dapat digunakan beberapa cara:
1) Menggunakan material yang lebih baik
Harga CBR dari lapisan pondasi sangat bergantung dari jenis material yang dipakai. Pemilihan matreial yang digunakan haruslah benar-benar sesuai dengan rencana akan jalan itu sendiri. Jika CBR dari material yang ada ternyata rendah, maka material tersebut haruslah diganti dengan material yang mempunyai nilai CBR lebih tinggi.
2) Stabilisasi kimia
Stabilisasi kimia adalah proses penambahan zat-zat kimia pada tanah dengan tujuan memberikan lapisan pondasi (subbase course dan base course) yang lebih baik. Stabilisasi kimia pada lapisan pondasi (subbase course dan base course) dapat dilakukan dengan beberapa cara:
• Stabilisasi lapisan pondasi dengan semen
Stabilisasi agregat lapisan pondasi dengan jalan menambahkan semen telah dilakukan secara luas, dan pertama kali dilakukan pada tahun 1915. Campuran seperti ini, yang dilindungi oleh permukaan yang diawetkan dengan bitumen, dapat digunakan untuk jalan dengan lalu lintas rendah. Untuk jalan raya utama, jenis material ini dapat menggantikan pondasi yang tak diawetkan di bawah perkerasan berbitumen. Dengan penambahan semen dapat dilakukan pengurangan tebal total ruas perkerasan lentur.
• Stabilisasi lapisan pondasi dengan kapur (lime)
Stabiisasi kapur pada material alami untuk pondasi dimaksudkan untuk mengurangi plastisitas dan perubahan volume yang menyertainya akibat perubahan kadar air maupun untuk menambah kekuatannya. Bahan ini sekarang telah dimanfaatkan secara luas baik untuk membuat agar landasan tanah lempung memadai sebagai pondasi bawah (subbase course) maupun untuk meningkatkan kekuatan dan sifat-sifat material lainnya yang secara potensial berguna untuk lapisan pondasi yang masih mengandung lempung (clay). Seperti dikatakan, kapur hanya efektif bila material alam yang akan diawetkan mengandung jenis dan jumlah lempung yang cukup.
• Stabilisasi lapisan pondasi dengan bitumen (asphalt)
Jenis yang tertinggi dari tanah yang diawetkan dengan bitumen adalah podasi berbutir, dan selanjutnya ditingkatkan dengan mencampurnya dengan beberapa bentuk bitumen. Dengan cara ini, pondasi telah menjadi kedap air dan kandungan airnya tetap merata dan rendah. Dengan pencampuran bitumen, kekuatan struktur pondasi akan meningkat dan memungkinkan pengurangan seluruh tebal bagian perkerasan.
• Stabilisasi lapisan pondasi dengan kapur-flyash dan abu vulkanik
Flyash adalah partikel dalam gumpalan gas yang terjadi dari pembakaran batu bara, lignit, atau sejenis bahan bakar lain. Partikel ini diubah menjadi bentuk bubuk halus sebagai limbah industri. Material alami dalam bentuk pondasi batu pecah atau kerikil yang distabilkan dengan kapur-flyash hanya boleh mengandung material yang lolos saringan No. 200 kurang dari 15%. Penambahan flyash dibatasi 10%-18% dan kapur dari 2,5%-5%.
• Stabilisasi lapisan pondasi dengan kalsium dan sodium klorida
Kalsium klorida kadang-kadang dipakai sebagai bahan stabilisasi untuk lapisan pondasi. Bahan ini membantu proses pemadatan, yaitu memungkinkan dicapainya kerapatan dan kekuatan yang lebih besar daripada pemadatan normal atau kerapatan yang umum dengan penggilasan yang sangat berkurang.
Sodium klorida juga telah dipakai dengan memuaskan sebagai unsur pemantapan pondasi (base stabilizer). Bahan ini dapat mengurangi penyusutan, meningkatkan kekuatan, dan mengurangi kehilangan air pada lempung montmorillonitic tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar